***
I Am just need 7 days since i meet you to know you more, to know you far..
I Am just need 7 days since i meet you to make my own ways.. My own ways to love you..
I Am just need 7 days since i meet you to know if.. I Love You..
But Damn God, can i have more times than 7 days?
#Smile
“Ray..” Eksistensi dengan wajah kekanakkan itu mengulurkan tangannya sembari tersenyum. Tangan lembut yang disambut oleh Kesha dengan wajah merona.
“Kesha..”
Setelah ini, mungkin.. Masing-masing dari mereka tidak bisa tidur semalaman memikirkan satu sama lain.
#Announce Love
“Aku suka kamu..”
“Aku juga.. Ahaha.. Suka banget malah! Siapa sih yang gak suka kamu Ray. Aku udah join di milis RR malah.” Jawab Kesha gugup. Dia tersenyum canggung sambil menggaruk ujung telinganya.
“Bukan suka itu.. Aku suka.. bener-bener suka.”
“Ra.. Ray?”
“Gimana kalau.. Kamu jadi pacarku?”
“Um.. Serius?”
“Gak pernah seserius ini!”
“Oke..”
“Makasih..” Seru Ray girang. Dia tak bisa menyembunyikan senyum khas-nya saat Kesha mengucapkan 3 huruf singkat itu.
“Besok ada acara gak? Jalan yuk!” Ajak Ray sambil tersenyum ke arah Kesha. Senyum andalannya. Yang sampai matipun tak akan pernah dilupakan oleh Kesha.
#First Date
“Aku telat ya?”
“Enggak kok.. Yuk..” Ray menggenggam tangan Kesha erat. Seakan tak mau kehilangannya. Kedua eksistensi berlainan gender itu kini berjalan berdampingan saling menyelaraskan langkah memasukki taman hiburan itu.
“Ray.. Naik bianglala yuk!!” Ajak Kesha, sembari menunjuk roda raksasa yang berputar di pusat taman hiburan itu.
“Aku gak begitu suka bianglala.” Jawab Ray ragu.
“Kenapa?”
“Bianglala itu.. Meski menyenangkan saat berputar, atau melihat pemandangan dari atas. Tapi setelah kita turun, dan berpijak pada tanah, kita seolah tidak benar-benar menginjak tanah. Sesaat seperti melayang.. Dan membuatku kehilangan kesadaran. Itu sama sekali tidak enak.” Katanya. “Tapi kalau kamu mau—“
“Tidak.. Kita naik yang lain saja deh.” Timpal Kesha cepat. Dia tersenyum ke arah Ray, dan menarik tangan lelaki berambut gondrong itu menuju wahana lain.
###
“Ini..” Ray menyodorkan segelas cola ke arah Kesha yang masih duduk terengah-engah di pinggir taman. Memerhatikan bianglala raksasa yang masih terus berputar.
“Makasih..”
“Kesha.. Makasih ya, hari ini asyik banget.” Kata Ray yang kini duduk di samping Kesha. Pandangannya lurus ke arah bianglala raksasa itu.
“Ya.. Aku juga seneng. Hehe..” Jawab Kesha sambil meneguk cola-nya. Lalu terdiam kembali. Dan beberapa menit ke depan, hanya keheningan yang menemani mereka. Tapi diam-diam, Kesha dan Ray menikmati keheningan itu, keheningan yang menghubungkan mereka lebih dalam.
“Ray..” Panggil Kesha pelan, setelah mereka terdiam beberapa saat. Membuat lelaki di sampingnya menoleh ke arahnya.
“Kita buat sandi yuk..”
“Mak—“
“Kalau kita kesini lagi, dan salah satu dari kita bilang.. ‘Ayo naik bianglala..’ itu artinya.. Semua berakhir ya..” Kata Kesha pelan. Meski tak cukup pelan untuk dapat didengar oleh Ray.
“Suatu saat nanti kita akan berpisah?” Tanya Ray.
“Aku harap sih enggak.”
“Aku juga gak berharap begitu.” “Tapi.. Kalau kamu saat itu mengatakannya. Meski aku tak mau, aku juga akan tetap mengatakannya.” Ujar Ray. Kesha tersenyum dan balas memandangnya.
“Yaa.. Itu kan masih lama. Setidaknya, mungkin.. Kita masih memiliki waktu beberapa bulan lagi. Hahaha..”
“Ya kau benar. Hehe.. Ayo main lagi!!” Ajak Ray sambil menarik tangan Kesha.
“Baik!! Aku mau main Roller Coaster!!”
“Keshaaaa~~” Rengek Ray. Kesha menjulurkan lidahnya ke arah Ray. ah.. Dia tidak ingin hari ini cepat berakhir.
#Between...
“Ray? kenapa?” Tanya Kesha, keesokkan harinya melihat Ray yang kini melamun memandang makanannya siang itu.
“Ah.. Eng-enggak kok. Memang aku terlihat kenapa?” Tanya Ray.
“Kau.. Melamun.”
“Benarkah? Aduh, aku gak tau.”
“Kesha!! Ray!!” Seorang gadis manis dengan beberapa buah buku di tangannya melambai ke arah meja Ray dan Kesha.
“Acha..” Balas Kesha sambil melambai ke arah gadis itu.
“Gabung ya!” Kata Acha, memasang senyum manis dan polos khasnya.
“Ya..” Jawab Ray dan Kesha. Acha tersenyum. Dia tahu tidak boleh begini. Tidak boleh.
“Aku mau tambah minum, mau sekalian kupesankan Cha?”
“Bener nih?”
“Yup!! Mau apa?”
“Tenderloin aja deh. Makasih ya..”
“Oke!” Kesha melangkah menuju stan-stan makanan di food center itu. Meninggalkan Ray dan Acha berdua di meja tersudut dekat jendela.
“Kenapa tadi gak masuk?” Tanya Acha.
“Harus tampil.”
“Oh..”
“Ray..” Panggil Acha sambil menatap ke dalam kedua bola mata coklat milik Ray.
“Sebenarnya.. Apa yang kamu suka dari Kesha.” Tanyanya.
“Dia—”
“Ah~ Tolong jangan lanjutkan.. Harusnya aku tidak menanyakan hal itu. Itu akan membuatku makin sakit.” Acha mengambil nafas sejenak.
“Soal teleponku semalam.. Aku serius Ray. Benar-benar serius.” Lanjutnya.
“Ray.. Aku.. Suka kamu. Sangat. Dari dulu..”
“Seandainya.. Kesha bukan tetanggaku, seandainya saat itu aku tidak mempertemukan kalian.. Mungkin—“
“Acha..” Potong Ray.
“Maaf..” Gumam lelaki berwajah manis itu. Lalu terdiam kembali.
Kesha membekap mulutnya dari balik dinding toilet. Gak.. Mungkin. Acha.. Sahabatnya dan.. Ray? Dia tertawa kecil dan berjalan menuju stan yang tepat berada di samping toilet, tanpa memandang kembali Acha dan Ray yang masih saling diam disana. Dia tidak mendengarnya.. Dia tidak mendengarnya. Pasti mereka sedang bercanda. Semua bercanda.. kan?
“Maaf lama.. Haha..” Seru Kesha sambil duduk membawa tampah berisi makanan Acha.
“Gak pa pa.. Thanks Kesh..” Kata Acha sambil tersenyum manis. Kesha mengangguk dan duduk di kursi diantara Acha dan Ray.
“Ray dan Acha, kalian.. Sudah berteman lama ya?” Tanya Kesha.
“Ya.. begitulah..” Jawab Ray setengah terpaksa. Kesha mengangguk puas demi mendengar jawaban singkat yang terkesan cukup dingin dari Ray.
“Masak kalian tidak jadi saling jatuh cinta sih?” Gurau Kesha, yang berakibat cukup fatal kemudian. Membuat Acha nyaris tersedak, kalau saja Ray tidak sigap menolongnya.
“Lain kali kalau minum pelan-pelan!”
“Maaf..”
Kesha tersenyum terpaksa memandang adegan yang cukup romantis di depannya itu.
“Hahaha.. Kalian.. Terlihat seperti sepasang kekasih deh.” Kata Kesha sambil tertawa.
“Kesha apa sih.. Pacarku itu kan.. Ya Kamu.” Kata Ray sambil mengacak poninya. Kesha membalas senyum Ray, dan melirik Acha yang memandang mereka sambil tersenyum kecil. Senyum terpaksa, dengan mata berair. Kesha memejamkan matanya. Berharap itu hanyalah ilusi. Tentu saja.. Acha pasti sedang tersenyum jahil meledeknya dengan Ray. ya kan? Itu Acha yang asli. Kesha membuka matanya dengan harapan tinggi. Melihat wajah Acha yang seperti biasa. Tapi dia berharap terlalu tinggi, pada kenyataannya, wajah Acha tidak berubah, sedikitpun. Masih seperti tadi, wajah gadis yang patah.
#Doubt
“Ray.. Kamu.. Beneran suka aku gak?” Tanya Kesha.
“Ya, tentu aja.. Ah.. Maaf..” Kata Ray sedikit panik karena menumpahkan air mineralnya ke baju Kesha.
“Gak pa pa kok.”
“Maaf ya Kesh.. Maaf ya.. Maaf banget.. Maaf ya..”
“Ke.. Kenapa harus minta maafsegala?” Tanya Kesha pelan.
“Kan aku sudah membasahi bajumu.”
“Tak ada hal lain?”
“Maksudmu?”
“Ah.. Lupakan saja.”
“Besok, kita ke taman hiburan waktu itu yuk.” Ajak Kesha kemudian.
“Hmm.. Boleh.. Besok kujemput jam 9 ya!”
“Ya.. Aku tunggu ya.”
“Sip..”
#
“Ini tempat kencan pertama kita ya. hehe..” Kata Kesha sambil tersenyum senang.
“Padahal baru seminggu yang lalu. Gak kerasa ya.” Lanjutnya lagi. Kini mereka sudah berada tepat di depan pagar pembatas bianglala raksasa itu.
“7 hari yang.. Sama sekali tak akan bisa kulupakan.”
Kesha memandang Ray sambil tersenyum. Berharap menemukan binar hangat yang seminggu lalu masih ada di matanya, di mata Ray, saat memandangnya.
Dan sekali lagi Kesha berharap terlalu tinggi. Dia tak menemukan apapun di bola mata kecoklatan milik Ray. Hanya kosong.. Kosong.. Dan dia bisa mendengar seruan dari pikiran Ray. Acha-Acha-Acha-Acha.. Terus-menerus sehingga membuatnya nyaris gila.
Jadi.. Apakah masih wajar baginya untuk tetap berpura-pura seolah dia tidak mengetahui semuanya?
“Ray.. Kita naik.. Bianglala.. Yuk?” Lirih Kesha perlahan.
“Ke.. Kesha?”
“Ayo naik bianglala. Aku mau naik bianglala!!” Kata Kesha sedikit lebih keras, kali ini dia mengguncang-guncangkan pagar pembatas yang nyaris berkarat itu.
“Aku tak bisa..” Kata Kesha sedikit frustasi. Dia menggelengkan kepalanya berusaha menahan air mata yang nyaris merebak keluar.
“Ray.. Kumohon. Ayo kita naik, Bianglala..” Mohon Kesha sambil menarik ujung baju Ray. Memandang wajah manis yang kini menatapnya dengan tatapan memohon.
“Ray.. Kau sudah berjanji. Akan mengatakannya juga.. Meskipun tidak mau.” Kata Kesha pelan. Dia menggenggam erat pagar pembatas dingin itu hingga buku-buku jarinya memutih.
“Baiklah.. Ayo kita.. Naik bianglala.” Kata Ray pahit sambil berjalan bergabung menuju antrian.
“Ya.. Ayo..” Kesha tersenyum kecil. Mengikuti langkah-langkah Ray dengan perlahan.
#And Then.. It Ended
Kesha memandang pemandangan dari atas di balik kaca plastik tipis kapsul raksasa itu. Disanalah mereka duduk sekarang. bianglala raksasa.. Artinya, semua sudah.. Berakhir.
“Ini terakhir kalinya..” Gumam Kesha lirih.
“Yang terakhir..” Bisik Ray.
Mereka mengangkat kepala mereka bersamaan, dan tersenyum. Persis saat mereka bertemu dulu.
“Tak kusangka akan secepat ini.” Kata Kesha.
“Padahal kau bilang kita masih punya beberapa bulan lagi paling tidak.”
“Ya.. Haha.. Perhitunganku meleset.”
Ray menggeleng, ia memegang kedua bahu Kesha, memaksanya untuk memandang wajahnya dan berbisik lirih.
“Aku sayang Kesha..”
“Gak bisa..” Seru Kesha dengan suara seperti orang tercekik.
“Ray harus sayang Acha! Bukan Kesha.” Bisiknya.
“Ke-Kesha?”
“Ray.. Lihat! Pemandangannya.. Menakjubkan ya.” Kata Kesha sambil menunjuk ke bawah. Saat ini kapsul mereka sedang berada di puncak teratas, berayun sebentar.. Kemudian tururn perlahan kembali ke bawah.
“Ya.. Indah..” Balas Ray.
GREEK..
Terdengar suara derit besi tua dari bawah. Artinya sebentar lagi mereka harus turun.
“Sebentar lagi.. Semuanya benar-benar berakhir.”
“Ya..”
“Aku senang bisa mengenalmu Ray, bisa memiliki kesempatan untuk menyukaimu.”
“Aku.. Aku juga.”
“Nah.. Ini dia, ayo turun.”
Ray meloncat keluar dari kapsul bulat itu. sesaat tubuhnya limbung dan nyaris terjatuh. Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Menghilangkan bayangan kabur di matanya.
“Kesh—“
Ray termangu. Kesha sudah tak ada. Semuanya memang.. Sudah berakhir.
Ray menunduk pedih. Dengan langkah gontai ia mengayunkan kakinya tak tentu arah. Berakhir. Itu memang kata yang berat ya. Berakhir.
Kesha memandang Ray dari jarak yang cukup jauh dari sana. Dia tersenyum perih, kemudian berjalan kembali meninggalkan taman, dan segala kenangan yang sudah terukir disana. Semuanya.. Benar-benar.. Sudah berakhir.
I Am just need 7 days since i meet you to know you more, to know you far..
I Am just need 7 days since i meet you to make my own ways.. My own ways to love you..
I Am just need 7 days since i meet you to know if.. I Love You..
Monday i love to saw your smile..
Tuesday, you say you love me..
Wednesday, my happiest day.. Our First date..
Thirsday, Everything is so beautifull.. If we were together..
Friday, one heart come hurts..
Saturday, we’re in the windmills..
Sunday.. Everything is Over..
I Am just need 7 days since i meet you to know you more, to know you far..
I Am just need 7 days since i meet you to make my own ways.. My own ways to love you..
I Am just need 7 days since i meet you to know what i feel.. what i think.. about you..
I Am just need 7 days since i meet you to know if.. I Love You..
But damn.. I just have 7 days to enjoying it with you...
I Am just need 7 days since i meet you to make my own ways.. My own ways to love you..
I Am just need 7 days since i meet you to know what i feel.. what i think.. about you..
I Am just need 7 days since i meet you to know if.. I Love You..
Please God, give me more long times to enjoying it with him..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar